Thursday, 26 September 2013

Kemasan Tetra Pak




Berhubung beberapa waktu lalu diadakan seminar Life Cycle Assessment di FTP UGM , dimana salah satu sponsor dan keynote speakernya itu dari pihak Tetra Pak. Jadi kali ini aku akan membahas sedikit tentang Tetra Pak.




Teknologi Aseptic
Kemasan Tetra Pak terkenal aman, awet, dan tidak mereduksi nutrisi produk di dalamnya.
Mereka berhasil mendominasi 70-80% pangsa pasar kemasan susu cair. Apa rahasianya?

Kalau ditanya seputar kemasan consumer goods, Tetra Pak adalah ahlinya. Lihat saja, nama itu sering tercantum dalam produk makanan dan minuman kemasan di Tanah Air. Lahan bisnis perusahaan ini memang fast moving consumer goods. Khususnya, minuman dan makanan dalam format cair (liquid) seperti susu, teh, aneka jus, puding, dan santan. Asal tahu saja, perusahaan global yang berbasis di Swedia ini sudah merambah lebih 165 negara. Di Indonesia, Tetra Pak yang mulai beroperasi sejak 1976 merupakan perusahaan dengan konsep B to B. “Klien pertama kami adalah PT Ultrajaya. Pada waktu itu, Ultrajaya memperkenalkan susu UHT dalam kemasan Tetra Pak untuk pertama kalinya,” kata Rober Tumiwa, Commercial Director PT Tetra Pak Indonesia. Pada 1980-an, mereka mulai mampu menggandeng para pemilik merek. Tahun 1982, ABC Central Food (sekarang Heinz ABC Indonesia—red) meluncurkan minuman jus pertama dalam kemasan Tetra Pak. Sinar Sosro juga merilis produk tehnya dalam kemasan yang sama. Tahun 1984, Salim Graha menjadi klien Tetra Pak dengan meluncurkan kemasan minuman soya. Kemudian, Pulau Sambu membangun pabrik santan UHT dan mengemas santan dalam Tetra Pak pada tahun 1989.
Bisnis Tetra Pak pun terus berkembang dengan merangkul semakin banyak customer, seperti Indolakto, Ajinomoto, Sido Muncul, Sari Husada, Tang Mas, Industri Susu Alam Murni, Madu Nusantara, Coca-Cola, Sekar Tanjung, dan sebagainya. Sekarang, Tetra Pak memilki 21 customer dengan ratusan merek.
Bagaimana cara mereka menghasilkan kemasan-kemasan bermutu dan diminati customer? “Salah satu keunggulan proses kemasan kami adalah teknologi aseptic. Teknologi ini membuat produk diproses sedemikian rupa sehingga tidak diperlukan pengawet untuk bertahan lama, tanpa mereduksi benefit dari produk itu sendiri seperti nutrisi, kadar vitamin, tekstur, dan sebagainya,” ujar Robert. Dipaparkannya, setiap kemasan terdiri dari 6 layer (lapisan), yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Misalnya, lapisan alumunium foil membuat lifetime produk bisa mencapai 6-12 bulan. Selama produk ini tidak dibuka, produk aman dikonsumsi. Konsumen juga tidak perlu takut mengkonsumsi produk dalam kemasan Tetra Pak karena kemasan ini berfungsi mengawetkan sampai batas expired date-nya. Keunggulan lainnya adalah brand yang sudah lama dibangun, cost efficiency, kemasan aman dan ramah lingkungan. “Itu semua adalah terjemahan dari moto kami, yakni protects what’s good,” tandasnya. Tetra Pak Indonesia juga mengeluarkan sejumlah variasi kemasan. Bentuk paling simpel adalah tetra brik atau kotak. Kemasan ini bisa diisi dengan produk bervolume hingga 2 liter. Ada juga kemasan tetra pino aseptic atau bantal. Biasanya kemasan ini digunakan untuk produk susu cair. Kemasan lain adalah tetra classic aseptic, tetra wedge aseptic, tetra prisma aseptic, tetra rex, dan tetra top. Semua material packaging sebagian besar masih impor, sedangkan proses pengemasannya dilakukan oleh masing-masing customer. (http://pangansehati.wordpress.com)




 Sering liat tulisan FSC di sisi samping kemasan Tetra Pak kan? Nah itu salah satu tanda bagi produk berkelanjutan. 

Bagi Tetra Pak, masalah lingkungan merupakan hal yang prioritas dan strategis bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Ulf Backlund,Managing Director Tetra Pak Indonesia, mengungkapkan, perusahaannya fokus pada masalah lingkungan bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari mata rantai produksi, menciptakan produk yang berkelanjutan dan meningkatkan recycle. Untuk menciptakan produk yang berkelanjutan, Tetra Pak berupaya menggunakan kemasan yang dapat diperbaharui dan tersertifikasi  Forest Stewardship Council (FSC). Penggunaan kemasan yang tersertifikasi FSC bagi Tetra Pak juga untuk memastikan ketersedian suplai di masa depan dan untuk menjaga market share. Ulf Backlund juga mengungkapkan, hal ini merupakan upaya untuk memenuhi permintaan pelanggan dan retailer. Berdasarkan survey yang dilakukan Green Gauge Global, dewasa ini konsumen semakin menyadari akan pentingnya tanggung jawab industri terhadap lingkungan. Jumlah masyarakat yang semakin peduli terhadap transparansi produk yang mereka gunakan mengenai asal dan bagaimana produk tersebut di buat. Awareness tersebut pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kesadaran dan kepedulian akan masalah lingkungan dan ketersediaan suplai di masa depan tidak hanya menjadi perhatian Tetra Pak, tetapi juga menjadi perhatian PT Ultrajaya Milk Industry. Perusahaan yang berawal dari indusri rumah tangga pada tahun 1958 ini menggunakan kemasan produksi Tetra Pak yang telah tersertifikasi FSC. Selain itu, kemitraan yang dijalin keduanya juga terwujud dalam proram-program seperti program recycle karton. Ultra Jaya juga melakukan aktivitas lainnya yang menunjukkan komitmen terhadap lingkungan seperti memberikan dukungan terhadap berbagai aktifitas yang bekerja sama dengan WWF dan komunitas serta memiliki manajemen lahan yang modern. (http://swa.co.id/business-strategy)


 




Penanganan yang Tetra Pak lakukan:

Karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan kemasan Tetra Pak ini, sangat disayangkan bahwa saat ini  penanganan Tetra Pak masih sangat kurang tepat. Kebanyakan dari kemasan tetra pak ini dibakar bersamaan dengan sampah-sampah lainnya. Padahal ketika dibakar, kertas karton dan polietilen tentu akan habis terabakar. Namun logam alumuniumnya tidak akan ikut terbakar dan dikubur dalam tanah dan malah membuat pencemaran karena mengakibatkan tidak suburnya tanah yang ditanami tanaman. Karena susahnya penguraian dan butuh waktu lama, salah satu cara menanganinya ialah dengan metode Hot Pressing. Hot Pressing adalah metode yang tepat karena dengan metode itu , sampah kemasan tetra pak akan terurai. Tahapannya pertama, dilakukan pemisahan material penyusun tetra pak dari karton, polietilen, dan alumunium secara manual. Kemudiapolietilen dan alumunium dibubukkan sambil dipanaskan lalu di press. Pencacahan alumuniumnya pakai mesin hidropulper. Dari hasil tadi dihasilkan material yang berfungsi sebagai pengganti kayu dan ringan tentunya. Saat pameran stand kemarin banyak contoh produk hasil daur ulangnya, ada yang dibuat atap bentuk asbes (model genteng), meja, pintu, rak buku, dan aku dapet gantungan kunci juga. Lucu dan ringan meski rada aneh bentuknya. Nah sedangkan daur ulang bagian karton, seperti biasa bisa dijadikan banyak barang lainnya, seperti kertas daur ulang, buku, kantong kertas, tempat telur, kardus dan macam-macam lainnya.Pokoknya bukan hanya lingkungan yang aman, tetapi juga menjadi sumber pendapatan baru karena hasil daur ulang bisa untuk membuat perkakas rumah tangga.




Pin dan gantungan kunci



 Tempat sampah khusus kemasan tetra pak




 



Atap produk hasil daur ulang lapisan alumunium, tahan banting, tahan injek juga.






Website Tetra Pak:



No comments:

Post a Comment