Berhubung beberapa waktu lalu diadakan seminar Life Cycle Assessment di FTP UGM , dimana salah satu sponsor dan keynote speakernya itu dari pihak Tetra Pak. Jadi kali ini aku akan membahas sedikit tentang Tetra Pak.
Teknologi Aseptic
Kemasan Tetra Pak terkenal aman, awet, dan tidak mereduksi nutrisi produk di dalamnya.
Mereka berhasil mendominasi 70-80% pangsa pasar kemasan susu cair. Apa rahasianya?
Kalau ditanya seputar kemasan consumer goods, Tetra Pak adalah ahlinya. Lihat saja, nama itu sering tercantum dalam produk makanan dan minuman kemasan di Tanah Air. Lahan bisnis perusahaan ini memang fast moving consumer goods. Khususnya, minuman dan makanan dalam format cair (liquid)
seperti susu, teh, aneka jus, puding, dan santan. Asal tahu saja,
perusahaan global yang berbasis di Swedia ini sudah merambah lebih 165
negara. Di Indonesia, Tetra Pak yang mulai beroperasi sejak 1976
merupakan perusahaan dengan konsep B to B. “Klien pertama kami adalah PT
Ultrajaya. Pada waktu itu, Ultrajaya memperkenalkan susu UHT dalam
kemasan Tetra Pak untuk pertama kalinya,” kata Rober Tumiwa,
Commercial Director PT Tetra Pak Indonesia. Pada 1980-an, mereka mulai
mampu menggandeng para pemilik merek. Tahun 1982, ABC Central Food (sekarang Heinz ABC Indonesia—red)
meluncurkan minuman jus pertama dalam kemasan Tetra Pak. Sinar Sosro
juga merilis produk tehnya dalam kemasan yang sama. Tahun 1984, Salim
Graha menjadi klien Tetra Pak dengan meluncurkan kemasan minuman soya.
Kemudian, Pulau Sambu membangun pabrik santan UHT dan mengemas santan
dalam Tetra Pak pada tahun 1989.
Bisnis Tetra Pak pun terus berkembang dengan merangkul semakin banyak customer,
seperti Indolakto, Ajinomoto, Sido Muncul, Sari Husada, Tang Mas,
Industri Susu Alam Murni, Madu Nusantara, Coca-Cola, Sekar Tanjung, dan
sebagainya. Sekarang, Tetra Pak memilki 21 customer dengan ratusan merek.
Bagaimana cara mereka menghasilkan kemasan-kemasan bermutu dan diminati customer?
“Salah satu keunggulan proses kemasan kami adalah teknologi aseptic.
Teknologi ini membuat produk diproses sedemikian rupa sehingga tidak
diperlukan pengawet untuk bertahan lama, tanpa mereduksi benefit dari
produk itu sendiri seperti nutrisi, kadar vitamin, tekstur, dan
sebagainya,” ujar Robert. Dipaparkannya, setiap kemasan terdiri dari 6 layer (lapisan), yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Misalnya, lapisan alumunium foil membuat lifetime produk
bisa mencapai 6-12 bulan. Selama produk ini tidak dibuka, produk aman
dikonsumsi. Konsumen juga tidak perlu takut mengkonsumsi produk dalam
kemasan Tetra Pak karena kemasan ini berfungsi mengawetkan sampai batas expired date-nya. Keunggulan lainnya adalah brand yang sudah lama dibangun, cost efficiency, kemasan aman dan ramah lingkungan. “Itu semua adalah terjemahan dari moto kami, yakni protects what’s good,” tandasnya. Tetra Pak Indonesia juga mengeluarkan sejumlah variasi kemasan. Bentuk paling simpel adalah tetra brik atau kotak. Kemasan ini bisa diisi dengan produk bervolume hingga 2 liter. Ada juga kemasan tetra pino aseptic atau bantal. Biasanya kemasan ini digunakan untuk produk susu cair. Kemasan lain adalah tetra classic aseptic, tetra wedge aseptic, tetra prisma aseptic, tetra rex, dan tetra top. Semua material packaging sebagian besar masih impor, sedangkan proses pengemasannya dilakukan oleh masing-masing customer. (http://pangansehati.wordpress.com)
Sering liat tulisan FSC di sisi samping kemasan Tetra Pak kan? Nah itu salah satu tanda bagi produk berkelanjutan.
Bagi Tetra Pak, masalah lingkungan merupakan hal yang prioritas dan
strategis bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Ulf Backlund,Managing
Director Tetra Pak Indonesia, mengungkapkan,
perusahaannya fokus pada masalah lingkungan bertujuan untuk mengurangi
dampak lingkungan dari mata rantai produksi, menciptakan produk yang
berkelanjutan dan meningkatkan recycle. Untuk menciptakan produk yang
berkelanjutan, Tetra Pak berupaya menggunakan kemasan yang dapat
diperbaharui dan tersertifikasi Forest Stewardship Council (FSC). Penggunaan kemasan yang tersertifikasi FSC bagi Tetra Pak juga untuk
memastikan ketersedian suplai di masa depan dan untuk menjaga market
share. Ulf Backlund juga mengungkapkan, hal ini merupakan upaya untuk
memenuhi permintaan pelanggan dan retailer. Berdasarkan survey yang
dilakukan Green Gauge Global, dewasa ini konsumen semakin menyadari akan
pentingnya tanggung jawab industri terhadap lingkungan. Jumlah
masyarakat yang semakin peduli terhadap transparansi produk yang mereka
gunakan mengenai asal dan bagaimana produk tersebut di buat. Awareness
tersebut pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kesadaran dan kepedulian akan masalah lingkungan dan ketersediaan
suplai di masa depan tidak hanya menjadi perhatian Tetra Pak, tetapi
juga menjadi perhatian PT Ultrajaya Milk Industry. Perusahaan yang
berawal dari indusri rumah tangga pada tahun 1958 ini menggunakan
kemasan produksi Tetra Pak yang telah tersertifikasi FSC. Selain itu,
kemitraan yang dijalin keduanya juga terwujud dalam proram-program
seperti program recycle karton. Ultra Jaya juga melakukan aktivitas
lainnya yang menunjukkan komitmen terhadap lingkungan seperti memberikan
dukungan terhadap berbagai aktifitas yang bekerja sama dengan WWF dan
komunitas serta memiliki manajemen lahan yang modern. (http://swa.co.id/business-strategy)
Penanganan yang Tetra Pak lakukan:
Karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan kemasan
Tetra Pak ini, sangat disayangkan bahwa saat ini penanganan Tetra Pak
masih sangat kurang tepat. Kebanyakan dari kemasan tetra pak ini dibakar
bersamaan dengan sampah-sampah lainnya. Padahal ketika dibakar, kertas
karton dan polietilen tentu akan habis terabakar. Namun logam
alumuniumnya tidak akan ikut terbakar dan dikubur dalam tanah dan malah
membuat pencemaran karena mengakibatkan tidak suburnya tanah yang
ditanami tanaman. Karena susahnya penguraian dan butuh waktu lama, salah
satu cara menanganinya ialah dengan metode Hot Pressing. Hot Pressing adalah
metode yang tepat karena dengan metode itu , sampah kemasan tetra pak
akan terurai. Tahapannya pertama, dilakukan pemisahan material penyusun
tetra pak dari karton, polietilen, dan alumunium secara manual.
Kemudiapolietilen dan alumunium dibubukkan sambil dipanaskan lalu di
press. Pencacahan alumuniumnya pakai mesin hidropulper. Dari hasil tadi
dihasilkan material yang berfungsi sebagai pengganti kayu dan ringan
tentunya. Saat pameran stand kemarin banyak contoh produk hasil daur
ulangnya, ada yang dibuat atap bentuk asbes (model genteng), meja,
pintu, rak buku, dan aku dapet gantungan kunci juga. Lucu dan ringan
meski rada aneh bentuknya. Nah sedangkan daur ulang bagian karton,
seperti biasa bisa dijadikan banyak barang lainnya, seperti kertas daur
ulang, buku, kantong kertas, tempat telur, kardus dan macam-macam
lainnya.Pokoknya bukan hanya lingkungan yang aman, tetapi juga menjadi
sumber pendapatan baru karena hasil daur ulang bisa untuk membuat
perkakas rumah tangga.
Atap produk hasil daur ulang lapisan alumunium, tahan banting, tahan injek juga.
Website Tetra Pak:
No comments:
Post a Comment