Showing posts with label Blogging. Show all posts
Showing posts with label Blogging. Show all posts

Thursday, 30 October 2014

Pengujian Organoleptik (Jadi Panelis)





Organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu bahan atau produk menggunakan panca indra manusia. Jadi dalam hal ini aspek yang diuji dapat berupa warna, rasa, bau, dan tekstur.

Secara kebetulan hari ini diadakan pengujian organoleptik produk teh di Lab Pengendalian Mutu, Jurusan TIP UGM. Produk teh yang dujikan merupakan pengembangan produk teh sebagai bentuk kerjasama Jurusan TIP UGM dengan pabrik teh Pagilaran. Teh yang diujikan terbagi menjadi dua macam, yaitu teh yang diseduh dan teh dalam bentuk rajangan kering

Pengujian organoleptik membutuhkan panelis di dalamnya, dan dipilihlah kurang lebih 20 orang untuk melakukan pengujian produk teh tersebut. Panelis merupakan manusia atau instrumen yang dipakai untuk mengukur rangsangan di dalam penilaian indera, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Dalam hal ini diketahui ada lima macam panel yang penggunaannya berbeda (berlaku untuk tujuan tertentu saja), yaitu:
 
Panel Perseorangan
Adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan, dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metoda-metoda analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah Kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian cepat, efisien, dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya. Keputusan yang dihasilkan sepenuhnya hanya seorang saja.

Panel Terbatas
Terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan serta pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi diantara angota-anggotanya.

Panel Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan, sehingga tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data dianalisis secara statistik.

Panel Agak Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu.

Panel Tidak Terlatih
Terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan.
Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan.
Untuk itu panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria dengan panelis wanita.

Panel Konsumen
Terdiri dari 30 hingga 100 orang à tergantung pada target pemasaran suatu komoditi. Mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.

Panel Anak-anak
Menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun. Panelis anak-anak ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka, snoopy yang sedang sedih, biasa dan tertawa.

  
Sedangkan untuk kasus uji organoleptik yang ini, kami termasuk panelis tidak terlatih.

Sebelum melakukan uji organoleptik maka tentunya diperlukan persiapan pengujian seperti penataan produk, meja uji, bahan dan peralatan, sampel kontrol, air mineral, kuesioner, pemasangan kode, dan beberapa perlengkapan uji lainnya. Penjelasan mengenai indtruksi pengujian juga perlu diberikan.



 
Preparing produk pengujian



 
 Saat uji organoleptik dilakukan (komponen rasa, warna, dan aroma dinilai oleh panelis)



 
evaluasi: ruangan uji kurang luas 




Sunday, 26 October 2014

Tonti Pertama Mbah Goyan





Minggu,
Muh. Alfian Akbar Hafidz ikut lomba tonti SMP-SMA se DIY yang diselenggarakan oleh SMA N 5 Yogya bertempat di Balai Kota Jogja.




 











 



 







 




 
 Beberapa peserta lainnya



 




 





 
 Peserta lain (SMA)




Sunday, 5 October 2014

SMA cuma Setahun, Lulus Cum Laude FH UI





Sekali-kali ngepost kisah orang, repost juga sih sebenernya haha :D
Ada nih cerita dari anak muda kece, jujur dan cumlaude dari FH UI hanya 6 semester.
Inspiratif banget buat anak muda yang peduli dengan masalah sosial di sekitar kita.


Sumber: Dari agan kaskus (http://www.kaskus.co.id/thread/542a6acade2cf282238b456e/sma-cuma-setahun-lulus-cum-laude-fh-ui/)




Namanya Andri Rizki Putra. Panggilannya Rizki. Tahun ini umurnya genap 23 tahun. Kalau sekilas melihat tampilannya, Rizki lebih mirip dengan artis dibanding aktivis LSM yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak tidak mampu.



Rizki punya kegiatan yang sungguh mulia. Masa kecilnya yang tidak beruntung (Rizki tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran. Tahun 2012 dia mendirikan yayasan yang mengadakan sekolah untuk anak-anak putus sekolah.
 



Silakan simak cerita Henny Galla Pradana yang pernah dimuat di jawapos.com berikut. 



BUNYI lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas. Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.

”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek? ”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya.

Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.

Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.


BUNYI lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas. Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.

”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek? ”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya.

Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.

Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.Tentangan sosial membuat hari-hari kelulusan semakin berat. Sempat dia berpikir hendak melapor ke Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mengekspose ke media, namun ditahan orang-orang dekatnya. Rizki drop dan depresi. Dia menghabiskan masa-masa menjelang SMA dengan mengurung diri di kamar dan enggan keluar rumah.

Saat masuk SMA pada 2006 juga, Rizki merasakan kekosongan hati yang luar biasa. Meski diterima di SMA unggulan, mendapat beasiswa prestasi, dan mencetak nilai tertinggi, dia sudah tak bersemangat sekolah. Akhirnya Rizki hanya satu bulan di SMA dan memilih putus sekolah. Kepercayaannya terhadap sekolah formal luntur.

Namun, jangan dikira Rizki akan menyerah untuk mendapat pendidikan. Dia meyakinkan sang ibu, Arlina Sariani, 50, bahwa dirinya mencari pola belajar dengan caranya sendiri. ”Saya menamakan jalur pendidikan SMA saya adalah unschooling,” ceritanya saat ditemui Jawa Pos di Grand Indonesia akhir pekan lalu (26/7).

Bukan homeschooling yang harus membayar mahal biaya pendidikannya. Bukan juga bimbingan belajar yang masuk pendidikan nonformal. Unschooling merupakan jalur pendidikan tanpa lembaga, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Dia belajar sendiri di rumah. Sumber pendidikannya dia raih dari membaca dan mempelajari buku-buku bekas dari saudara-saudaranya.Sebetulnya unschooling yang dijalani Rizki merupakan program pemerintah untuk pendidikan informal berupa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Sistem itulah yang melahirkan ijazah paket. Sayang, ijazah paket sudah kadung bercitra negatif. Hanya karena lulusan ijazah paket, mayoritas anak-anak putus sekolah dan tak mampu secara akademik. Akses ke perguruan tinggi juga susah karena beberapa kampus tidak menerima pelamar dengan ijazah tersebut.

Selain research melalui internet, Rizki pergi ke dinas pendidikan untuk meyakinkan tetap bisa mengikuti ujian kesetaraan dengan pola pendidikan seperti itu. Bahkan, dia tertantang mengambil ujian paket C setara SMA dengan sistem akselerasi. Ternyata, diknas mengizinkan Rizki dengan beberapa syarat. Salah satunya, mengikuti placement test yang berisi ujian akademik dan tes IQ. Rupanya Rizki berhasil melampaui syarat ujian paket kesetaraan di bawah 17 tahun.

Untuk lolos tes paket, dalam sehari dia menghabiskan 22 jam untuk belajar. Dia melumat pelajaran yang normalnya diambil tiga tahun menjadi setahun saja. Pelajaran yang dirasa sulit dia cari jawabannya lewat internet. Dia juga rajin membaca surat kabar. ”Ujian paket seharusnya juga lebih sulit karena saya harus belajar enam mata pelajaran. Sebaliknya, ujian nasional hanya tiga mata pelajaran,” tuturnya yang saat ditemui mengenakan setelan jaket kuning dan celana jins warna cerah. Begitu hasil ujian paket keluar, Rizki mencetak nilai sangat tinggi dengan rata-rata 9 tiap pelajaran. Dia lulus SMA pada usia 16 tahun! ”Saat itu pun pengawas ujian sempat menyodori saya kunci jawaban agar saya lulus. Pasti saja saya tolak,” ujarnya, lantas tersenyum mengenang kisah ironi itu. Pendidikan pun dia dapatkan dengan sangat murah. Selama unschooling, dia hanya mengeluarkan biaya Rp 100 ribu. ”Untuk fotokopi ijazah,” candanya.Pada 2007 Rizki tembus SNM PTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI). Bahkan, dekan fakultasnya heran karena ada mahasiswa dengan ijazah paket. Toh, pada 2011, pada usia 20 tahun, dia justru menjadi lulusan terbaik dengan predikat cum laude.Pengalaman panjangnya dalam bersekolah itu memicu Rizki untuk membuat sekolah gratis. Tak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C. Yayasan pertama yang dia dirikan adalah masjidschooling. Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman di bilangan Bintaro.

Rizki pun menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, dia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.







Wednesday, 30 July 2014

Sosialisasi Cuci Tangan #KKNPart1



Ada nih program asik buat anak SD
Sosialisasi cuci tangan yang benar temanya. Jadi kita ke SD Cangcangan buat melakukan sosialisasi ke adaek-adek SD. Bahkan kami mengajarkan langkah-langkah cuci tangan dengan menggunakan lagu agar mereka lebih hafal tahapan-tahapannya.

Judul lagunya yaitu "Tujuh Langkah Cuci Tangan"

Lirik:
Ada tujuh langkah, untuk cuci tangan
Mulai dari depan, hingga ke belakang
Sela-sela jari, kuku-kuku jari
Buku-buku jari
Jempol... pergelangan

#Back to reff 2x


 




 





Tim KKN UGM Cangkringan Sub Unit 3








Hari-hari dalam kegiatan-kegiatan KKN,

Udah ngrasain yang namanya seneng, capek, bete, males, kangen rumah, sedih, asik dan masih banyak banget perasaan kami di sini.

Dua minggu di sana udah mulai keliatan sifat asli temen-temen sekelompok. Sifat itu muncul bersamaan dengan makin akrabnya kita, entah sifat yang asik buat ngobrol, yang malesan, yang manja, yang penakut, yang pengikut, yang pesuruh, yang rajin, yang bikin bete, yang suka kentutan, yang omongannya nyablak, yang gitu-gitu deh kadang muncul bergantian. Mungkin sifat asli muncul karena mereka udah ngerasa nyaman satu sama lain. Namanya juga tinggal bareng selama satu setengah bulan, mau nggak mau kita harus mengakrabkan diri dengan orang terdekat karena merekalah keluarga baru selama KKN meski itu berlangsung dadakan.
Nah sekarang aku mau ngenalin temen-temen satu Sub Unit, yaitu dari Sub Unit 3 dengan lokasi Dusun Losari, Padukuhan Surodadi, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan.



 Buber pertama di "Pinggir Sawah"
Dari kiri: Nasir, Mas bandang, Qorri, Mbak Anggar, Ulfi, Putri, Aku

 
Pertama ada Kormasit (Koordinator Sub Unit) bernama Hardian Andreas biasa dipanggil Bandang dari Kedokteran Hewan 2010, ada Anggar Yudhanti dari Kedokteran Hewan 2009 (yang ini udah nikah coy), ada Anazir (panggilannya Nasir) dari Ellins 2011, ada Qorri dari Vokasi Kebidanan 2011, ada Ulfi dari Teknik Geologi 2011, ada Putri dari Psikologi 2011, dan ada aku dari Teknologi Pertanian 2011.

Awal-awal rapat koordinasi, Sub Unit 3 ini yang paling banyak anggota yang absen alias nggak nongol, ada yang baru ketemu pas akhir-akhir saat mau keberangkatan. Wah pokoknya serba instan deh. 

Nyangka nggak ketemu cowok tapi penakut banget, yup temen sekelompoku yang bernama Nasir si anak Madiun itu ternyata penakut banget. Dia nggak suka berbau mistis gitu, takut kalo suruh pulang ke pondokan malem-malem, serem sendiri kalo pas lagi cerita-cerita horror, pokoknya takut banget lah. Haha tapi itu malah jadi bahan ledekan sendiri buat kita-kita, sering juga kita takut-takutin pake mata kita dipelototin dan dia langsung takut sendiri. Haduuh tapi di beberapa kondisi takutnya itu sedikit menyusahkan juga. Selain itu kelemahan lainnya itu, dia juga takut sama pacarnya. Jadi dia takut kalo ketauan smsan ma cewek lain, foto bareng cewek, takut ketauan boncengan ma cewek. Nah lo, sedangkan dalam satu kelompok cowoknya cuma dua, otomatis tenaga cowok sangat dibutuhkan, La kalo mau ada kegiatan yang harus bantuin boncengin temennya atau foto buat program, si Nasir inilah yang paling rempong buat diajak kerjasama. Padahal kan nggak bakal ketauan sama pacarnya yang ada di Madiun. Haduuh dekk.. Tapi untungnya karena desakan alasan tutntuan KKN, lama kelamaan dia udah mau boncengin si Putri atau Ulfi. Yaudah deh malahane kami tau dua kelemahan dia, bisa dijadikan ancaman nih kalo dia macem-macem. Hahaha.
Tapi nggak segitunya juga kali ya, hingga suatu ketika di keluar dari grup WA kelompok sub unit tanpa ada kabar angin atau hujan (Sepertinya pas mudik, hapenya dikepo ma pacarnya tuh huehehe).

Kalo untuk kormasit sendiri, bisa dibilang sifatnya kerajinan banget. Tapi bagus sih. Tapi sepertinya yang dipikirin cuma kelanjutan program, kandang, dan kambing. Haha. Wah jarang mandi pula padahal kegiatannya sering keluar masuk kandang ternak, lelaki gunung lah pokoknya. Selain itu dia adalah orang yang rumahnya paling dekat dengan lokasi KKN kita, yaitu cuma di daerah jakal gitu.

Ada temen sekelompok yang paling tua umurnya, namanya Mbak Anggar dari KH. Ya, dia angkatan 2009 sendiri dan udah lulus sebenarnya Cuma tinggal nyelesain Koas aja. Ya bisa dibilang dokter muda gitu deh, pengalaman juga paling banyak diantara kita-kita. Entah dari segi ilmu, pengetahuan, ketrampilan masak, sosialisasi dan lain lain pokoknya. Orangnya enak buat diajak curhat, dan sebaliknya dia pun juga terbuka sering berbagi cerita-cerita gitu, jadi kita sering sekamar ngobrol-ngobrol lama gitu. Tapi karena di ajuga berhubung udah nikah pula, alhasil kalo ngomong ibu-ibu banget lah. Hehe

Nah karena kamarku dihuni 3 wanita, satu lagi temen sekamarku yaitu si Qorri anak Kalimantan yang udah lama tinggal di Jogja yang ambil jurusan kebidanan D4. Awal-awal sepertinya tipe kalem, sangat keibuan secara orang bidan. Haha ternyata orangnya geblek juga, kadang sering kumat sendiri, yang paling parah dua minggu dia sudah menampakkan keiasaan kentutnya. Semakin hari frekuensi kentutnya semakin liar dan tanpa filter. Yang ditakutkan adalah kalo kentutnya itu nyerempet ‘ampas’. Duh dek…. Tapi secara personal orangnya asik dan suka masak-masak gitu.

Sedangkan untuk dua orang cewek lagi ada di kamar yang berbeda yang sebelahan dengan kamar para cowok. Kalo aku sih kamarnya misah sendiri yang lokasinya pas depannya dapur dan deket kamar mandi. Dua orang cewek lainnya bernama Ulfi dan Putri. Ya…. Mereka sepertinya tipe-tipe kalem meskipun udah akrab ternyata sifatnya nggak seliar atau senyablak kamar cewek sebelah (baca: orang-orang dikamarku). Ulfi si anak Banjarnegara orangnya kecil kayak badannya, tapi gitu-gitu anak teknik coy, bawaanya peta mulu, aktivitasnya lapangan mulu. Sedangkan Putri dia anak Psikologi yang kalem-kalem anak rumahan gitu. Aslinya dari Jakarta dan udah sering bolak-balik naik kereta. Tapi meski dia anak Psikologi, sepertinya dirinya tidak bisa menyembuhkan trauma naik motornya sendiri. Ada satu hal yang kuketahui dari kesamaan mereka berdua, mereka sama-sama penggemar korea entah seberapa hectic nya yang jelas kalo Putri dia sampe jangkauan Boyband Korea. Kalo aku mah, cukup puas dengan drama Korea-nya ajah.

Kegiatan saat bulan puasa emang tidak terlalu banyak, jadinya kalo udah kerja dari pagi ampe siang ntar biasanya tidur dulu sebelum sorenya banget ke masjid buat TPA atau nungguin buka biar dapet takjil, muehehehe.

Yang paling nyenengin itu kalo kita buber bareng sub unit di luar kampong, paling biasanya di sekitaran Jakal aja sih. Tapi lumayan lah ganti suasana, lihat peradaban luar *lebay.

Wah kalo diitung kita ngadain buber sampe 3 kali dalam dua minggu sisa ramadhan malah. Haha sedikit absurd juga nih ngadain buber saat KKN, mana pernah ketemu kakak angkatan saat buber pula, yah jadi ketauan deh.

Buber pertama rencana pengen di Muara Kapuas, tapi berhubung Muara Kapuas emang jadi langganan bokingan buat buber, alhasil kita gak bisa pesen tempat deh meskipun pesenya dah hari sebelumnya karena emang udah penuh semua. Akhirnya buber pertama kami pesan tempat di rumah makan keluarga yang tempatnya gak jauh dari Muara Kapuas, nama tempatnya “Pinggir Sawah” danemang lokasinya masuk jalan sawah gitu deh, tapi lumayan nyaman kok buat keluarga. Untuk lokasi yang kedua sebenarnya karena si Qorri ngidam buat makan di Waroeng Steak, dank arena pengen ikut ikutan akhirnya kita oke oke aja makan di WS, padahal hujan pas menuju lokasi WS. Kalo untuk makan di WS ini kita dapet subsidi dari sang bendahara Mbak Anggar yaitu sebesar 10 ribu dari uang makan yang dibagikan pada satu kelompok. Nah karena aku pesennya double chiken steak yang harganya sekitar 15 ribuan, jadi karena disubsidi aku bayarnya cuma lima ribu ato enam ribu kalo gak salah. Dan minumnya sendiri dibayarin Nasir yang baik hati wkwkwk

Sedangkan untuk buber yang ketiga ini pencetusnya adalah pak kormanit SLM25 yang sepertinya mupeng liat foto buber kita haha. Dan tempat pun akhirnya di pesen meskipun sempet bingung karena rumah makan banyak yang penuh. Akhirnya terpilih lah rumah makan Raminten sebagai lokasi buber selanjutnya. Kali ini pesertanya satu unit yang terdiri dari 30 orang meskipun nggak lengkap karena ada suatu acara. Di sana serba menyan lah tempatnya, apalagi lantai di pendopo pesenan kita itu super licin klinyit-klinyit berminyak gimana gitu rasanya kalo kaki nginjek gitu. Sebenernya nggak terlalu suka dengan lokasi tersebut karena suatu hal yang nggak sreg. Tapi karena menghormati yang mengundang, ya udah deh brangkat aja. Seru sih bisa rame-rame makan, mengobati suasana buber kalo biasanya tahun sebelumnya undangannya buber angkatan atau sekalian reuni SMA/SMP gitu deh.



 
 Buber kedua di WS jakal. Dua cowok nggak kefoto karena Mas Bandang emang nggak ikut, sedangkan si Nasir nggak mau foto bareng cewek meski temen KKN sendiri. 


 




 Buber ketiga di Raminten Jakal (Satu Unit SLM 25)



Ok segitu dulu cerita perkenalan tim KKN Sub Unit 3 Dusun Losari dan cerita buber kita selama Ramadhan 1435 H



Met ketemu di postingan #KKN selanjutnya ^__^

Sunday, 27 July 2014

Untung udel udah kepasang dari sononya.




Beberapa kali dalam seminggu ini kerap sekali mendengar celotehan sang Ibu kepada anak-anaknya yang pelupa. (Kalo gue cuma sekali-kali sih lupanya)

Anak  : Bu, karetku tadi mana ya habis sisiran tadi??
Ibu      : La nengdi.. sing sisiran sopo, sing deleh sopo?
Anak  : Haaa... aku kan lali bu.
Ibu      : Saben dino kok lali wae, opo opo lali...
Anak  : Hiiiiih.... *ndumel*
Ibu      : Kui udelmu neng ra wes ketempel neng weteng, lak wes lali ndelehe nengdi...


Oke istilah udel (baca: pusar) nempel di perut sepertinya menginfokan bahwa orang yang saking pelupanya mungkin jika pusar dari sononya nggak tertempel di perut kita (copot-pasang), mungkin dia akan sering lupa menaruh pusarnya dimana. bisa-bisa ilang. Nah lo.

Pelupa itu bisa sifat, bisa bawaan, bisa juga kebiasaan.




Friday, 11 July 2014

KKN-PPM UGM 2014 SLM25 (Wukirsari-Cangkringan)






KKN merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu.Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.



 (Aku, Mita, Anggi, Dwi, Ami)





Untuk semester yang semakin tua ini (Akhir Semester 6) mahasiswa diwajibkan untuk mengambil program KKN.

Karena untuk Semester 5 kemaren udah Jatek diluar Jogja, maka aku putuskan untuk KKN di Jogja. Meski untuk lokasi kabupaten sendiri tetap dipilihkan oleh pihak LPPM, tapi peluang di daerah Jogja tetap ada. Selain hemat uang, adaptasi mudah, tentu saja memungkinkan untuk lebaran di rumah. Sayangnya peraturan LPPM tidak memperbolehkan mahasiswa KKN untuk pulang berlebaran, dan menghimbau untuk lebaran bersama warga di lokasi KKN. Nah lo.


Unit SLM 25 Cangkringan terpilih menjadi lokasi KKN kami, dengan terbaginya 4 kelompok Sub Unit di dalamnya. Sub Unit 1 berada di Dusun Cangcangan, Sub Unit 2 berada di Dusun Salam, Sub Unit 4 ada di Dusun Ngepringan, dan kami kelompok Sub Unit 3 dengan sistem undian menempati Dusun Losari, Padukuhan Surodadi, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Padukuhan Surodadi sendiri sebenarnya memiliki 3 dusun yang menjadi satu, yaitu Losari, Tempelsari, dan Surodadi. Sedangkan pondokan KKN Sub Unit 3 ada di Dusun Losari yang tempatnya paling atas dari dua dusun lainnya, atau lebih tepatnya paling atas dari 3 lokasi KKN dari Sub Unit lainnya. Otomatis paling dingin dan berkabut haha. Apalagi 3 hari pertama tinggal di Losari cuaca sangat tidak mendukung, mungkin seluruh Jogja mengalami yang namanya hujan dari pagi sampe pagi lagi dan dinginnya tidak ketulungan. Apalagi kami yang ada di daerah paling atas yang kena dampak ‘kademen’ terus, cucian 3 hari gak kering-kering, mau keluar rumah gak kuat dingin, terus mandi dengan air yang bener-bener berasa esitu sesuatu banget. Tempat ternyaman yaitu di bawah selimut di dalem kamar.


Upacara pelepasan mahasiswa KKN UGM 2014 sendiri dilaksanakan tanggal 10 Juli. Rencana Unit SLM 25 untuk keberangkatan KKN ialah tanggal 10 Juli itu  juga setelah upacara pelepasan di GSP. Namun rencana berubah karena banyak di antara kami yang ingin berangkat tepat tanggal 11 Juli sesuai jadwal kegiatan KKN UGM di mulai dari pihak LPPM. Sehingga akhirnya kami tanggal 10 Juli sore ke lokasi KKN hanya untuk menaruh barang dan beres-beres pondokan dan malamnya tetap tidur di kos atau di rumah masing-masing dulu. Bahkan malamnya ketika turun kami sempat berbuka bersama Sub Unit 3 di Jakal. Hehe


Akhirnya keberangkatan KKN yang sebenarnya tanggal 11 Juli terlaksana, dengan agenda pertama acara penyambutan mahasiswa KKN UGM di Kecamatan Cangkringan pukul 09.00. Aku sendiri yang dari Prambanan hampir aja telat gara-gara belum hafal rute dari jalan Prambanan yang tembusan ke Cangkringan tanpa melewati Jakal. Alhasil belak-belok nyasar dan tanya sana-sini. Kalau dihitung untuk jalur pulang dari Cangkringan menuju Prambanan dengan tingkat kengawuran buta arah akut, aku berhasil menemukan 6 jalur alternatif menuju arah Prambanan. Pertama tembusan ke Jakal, Kedua tembusan lewat Candi Prambanan, Ketiga tembusan lewat samping Pasar Kalasan, Keempat tembusan ring road swalayan makro, Kelima tembusan Kalasan deketnya KR, dan Kelima tembusan Bapelkes Kalasan.

Yah begitulah KKN, begitu pula lah hal yang baru. Harus adaptasi.





Kegiatan awal KKN kita bertepatan dengan kegiatan awal MOS SD Cangcangan yang dekat dengan dusun Cangcangan dan Surodadi tentunya. Oleh sebab itu kita nimbrung buat ngisi kegiatan MOS di sana. Nggak ada hal sulit untuk masalah birokrasi dengan pihak sekolah karena mereka juga selow selow aja mengikutsertakan kami, apalagi membantu mengisi kegiatan MOS. Ya bagus dong hahaha.


Acara MOS ada 3 hari mulai tangal 13-15 Juli dan kami mengisi kegiatan di tanggal 13 dan 14 Juli dengan kegiatan “Pengenalan Satwa Liar” dan “Sosialisasi Cuci Tangan”. Pengenalan Satwa Liar di koordinir oleh anak KH dan Sosialisasi Cuci Tangan dikoordinir sama anak bidan. Dan gue adalah penggembira hehe.

Untuk yang pengenalan satwa liar sendiri, hewan yang diperkenalkan adalah ular. Yes, ular yang entuh tuh… Yang panjang licin-licin meliuk-liuk. Ularnya punya anak-anak KH, peliharaan semua untungya, python dan jenis choros gede-gede nggilani kae. Wah parah diinepin di pondokan segala, mana habis acara ikut tinggal di pondokan segala lagi. Hadeeh untungnya ada pawangnya dan dimasukin karung bro.






 Mbak Lian dari Sub Unit 1 sebagai Bunda Python





 Narsis bareng adek-adek SD Cangcangan




Antusias anak-anak SD Cangcangan untuk dua kegiatan tadi sangat besar, bahkan sangat ‘liar’. You know lah anak-anak SD di suatu desa itu butuh perhatian atau kegiatan-kegiatan di luar kakunya pelajaran, apalagi dengan orang-orang baru yang baik hati kayak kita. Hwaaa mereka bagai monyet-monyet kecil di Hutan Sangeh Bali yang kelaparan, sangat liar berlari-lari kesana kemari, teriak-teriak, dan mencakar-cakar tembok kelas.

Nah untuk program tema sendiri kami yang terbagi dalam 4 dusun lebih fokus pada pengembangan peternakannya, khususnya kambing. Namun ada dusun yang tidak memiliki banyak ternak setelah pasca erupsi Merapi, sehingga dapat fokus pada pengembangan Agroforestry-nya.


Jadi saat awal kedatangan kami di Dusun Surodadi, kami langsung bertemu dengan kelompok peternak di sana. Selain berkenalan kami juga langsung bersosialisasi sedikit mengenai pemberian dan pembuatan pakan ternak fermentasi dari bahan baku gedebog pisang. Respon warga cukup baik. Lumayan dua minggu di sana aku pribadi dapet ilmu-ilmu tambahan mengenai dunia hewan dan ternak tentunya. Contohnya kita perlu variatif memberikan pakan ternak contohnya pakan ternak fermentative, karena akan ternak fermentative ternyata baik untuk kambing karena tekstur pakan tersebut sebenarnya disesuaikan dengan makanan yang mengalami fermentasi di dalam perut di kambing sendiri. Sehingga istilahnya agar mudah dicerna oleh kambing. Selain itu juga aku dapat ilmu tentang penyakit-penyakit kambing seperti istilah gom, sejenis kembung, lalu tentang pengetahuan bahwa pemberian rumput pada ternak hedaknya kering, karena jika masih basah karena embun maka cacing-cacing ikut termakan oleh ternak atau data juga dengan cara dilayukan semalam atau bisa dengan metong rumput di pagi hari untuk makan di sore hari dan memotong rumput sore hari untuk makan di pagi harinya lagi. Selain info-info seputar ternak, aku juga tau cara pengambilan sampel kotoran ternak bahkan ikut membantu mengambilnya dan kemudian melihat cara pengamatan apakah dalam kotran tersebut mengandung cacing atau tidak. Tentu saja dilakukan di laboratorium puskeswan di Cangkringan. Intinya selain mendapat jam program bantu tentu saja dapat ilmu yang bermanfaat pula.


Di samping itu karena awal KKN kami bertepatan dengan bulan Ramadhan, tentu saja kami membantu kegiatan TPA di dusun Surodadi, Losari, dan Tempelsari yang mana ternyata sebelumnya di sana kegiatan TPA kurang berjalan dengan baik karena tidak terkelolanya remaja masjid untuk membantu mengajar TPA, padahal bimbingan keagaman usia dini sangatlah penting. Kami pun tentu dapat keuntungan mendapat takjil di masjid untuk menu berbuka, lumayan mengurangi repotnya masak sendiri di pondokan.

Untuk program di masyarakat sendiri selain TPA, kami juga membantu pengembangan perpustakaan di Surodadi dengan menyumbang buku dan perbaikan bangunan perpustakaan itu sendiri.


 
Pendataan ternak dan tanaman di Surodadi




 Kumpul bersama kelompok ternak kambing Losari-Tempelsari




 Program pendampingan TPA di Masjid setempat



 Ngajarin pake Microsoft Word dulu, seng pener yo dek!



 Kerja bakti perbaikan Perpustakaan Surodadi



 
Sebenarnya masih banyak program yang belum kami laksanakan di sana, apalagi aku yang programnya kok berasa kurang greget.
Bahkan aku yang rencananya mau menyumbang bibit pepaya untuk menambah variasi jenis tanaman pertanian saja harus rela menjaga 40 benih kehidupan mereka dalam satu polybag yang kondisinya mungkin sangat rawan. Yasudah deh, ngalir aja ya bro. 



Masih banyak hal-hal lain selain program yang bakal aku critain, tapi mungkin ini udah kepanjangen nulisnya, hehe.
Yakin deh bakal aku sambung di postingan selanjutnya.






Doakan semoga lancar KKN, dan bisa ngejar ujian JATEK ku ya guys.
See you (^_____^)v