Showing posts with label Serba-serbi. Show all posts
Showing posts with label Serba-serbi. Show all posts

Thursday, 30 October 2014

Pengujian Organoleptik (Jadi Panelis)





Organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu bahan atau produk menggunakan panca indra manusia. Jadi dalam hal ini aspek yang diuji dapat berupa warna, rasa, bau, dan tekstur.

Secara kebetulan hari ini diadakan pengujian organoleptik produk teh di Lab Pengendalian Mutu, Jurusan TIP UGM. Produk teh yang dujikan merupakan pengembangan produk teh sebagai bentuk kerjasama Jurusan TIP UGM dengan pabrik teh Pagilaran. Teh yang diujikan terbagi menjadi dua macam, yaitu teh yang diseduh dan teh dalam bentuk rajangan kering

Pengujian organoleptik membutuhkan panelis di dalamnya, dan dipilihlah kurang lebih 20 orang untuk melakukan pengujian produk teh tersebut. Panelis merupakan manusia atau instrumen yang dipakai untuk mengukur rangsangan di dalam penilaian indera, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Dalam hal ini diketahui ada lima macam panel yang penggunaannya berbeda (berlaku untuk tujuan tertentu saja), yaitu:
 
Panel Perseorangan
Adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan, dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metoda-metoda analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah Kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian cepat, efisien, dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya. Keputusan yang dihasilkan sepenuhnya hanya seorang saja.

Panel Terbatas
Terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan serta pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi diantara angota-anggotanya.

Panel Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan, sehingga tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data dianalisis secara statistik.

Panel Agak Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu.

Panel Tidak Terlatih
Terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan.
Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan.
Untuk itu panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria dengan panelis wanita.

Panel Konsumen
Terdiri dari 30 hingga 100 orang à tergantung pada target pemasaran suatu komoditi. Mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.

Panel Anak-anak
Menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun. Panelis anak-anak ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka, snoopy yang sedang sedih, biasa dan tertawa.

  
Sedangkan untuk kasus uji organoleptik yang ini, kami termasuk panelis tidak terlatih.

Sebelum melakukan uji organoleptik maka tentunya diperlukan persiapan pengujian seperti penataan produk, meja uji, bahan dan peralatan, sampel kontrol, air mineral, kuesioner, pemasangan kode, dan beberapa perlengkapan uji lainnya. Penjelasan mengenai indtruksi pengujian juga perlu diberikan.



 
Preparing produk pengujian



 
 Saat uji organoleptik dilakukan (komponen rasa, warna, dan aroma dinilai oleh panelis)



 
evaluasi: ruangan uji kurang luas 




Tuesday, 14 October 2014

Kunjungan Dubes Republik Indonesia untuk Bulgaria






Pak Bunyan Saptomo


Kutipan:
Duta besar RI untuk Bulgaria dan Albania itu, mengaku jalan hidupnya melenceng jauh dari cita-cita dasarnya. Sesuai anjuran orangtua sewaktu kecil, alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM 1981, mendaftar calon pegawai negeri di Kabupaten Klaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dengan harapan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan akhirnya menjadi camat. Takdir menentukan lain, ujian calon pengawai negeri tersebut gagal.
Melihat orangtua kecewa atas kegagalannya menjadi pegawai negeri sipil (PNS), Saptomo muda merantau ke Jakarta. Pekerjaan yang didapat juga bukan PNS melainkan jurnalis di LKBN Antara Jakarta.
Dia pun penasaran mengapa ujian CPNS tak pernah lolos. Suatu saat Departemen Luar Negeri membuka lowongan pekerjaan, dia pun ikut tes CPNS lagi. Karena instansinya berkaitan dengan urusan luar negeri, dia menyadari tidak bisa memenuhi keinginan orangtuanya menjadi camat andaikata diterima menjadi PNS Departemen Luar Negeri. Ternyata benar diterima sebagai pegawai Departemen Luar Negeri dan menjadi diplomat.

 
Pak Bunyan Saptomo memberikan kenang-kenangan kepada perwakilan UGM, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni

Sunday, 5 October 2014

SMA cuma Setahun, Lulus Cum Laude FH UI





Sekali-kali ngepost kisah orang, repost juga sih sebenernya haha :D
Ada nih cerita dari anak muda kece, jujur dan cumlaude dari FH UI hanya 6 semester.
Inspiratif banget buat anak muda yang peduli dengan masalah sosial di sekitar kita.


Sumber: Dari agan kaskus (http://www.kaskus.co.id/thread/542a6acade2cf282238b456e/sma-cuma-setahun-lulus-cum-laude-fh-ui/)




Namanya Andri Rizki Putra. Panggilannya Rizki. Tahun ini umurnya genap 23 tahun. Kalau sekilas melihat tampilannya, Rizki lebih mirip dengan artis dibanding aktivis LSM yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak tidak mampu.



Rizki punya kegiatan yang sungguh mulia. Masa kecilnya yang tidak beruntung (Rizki tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran. Tahun 2012 dia mendirikan yayasan yang mengadakan sekolah untuk anak-anak putus sekolah.
 



Silakan simak cerita Henny Galla Pradana yang pernah dimuat di jawapos.com berikut. 



BUNYI lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas. Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.

”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek? ”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya.

Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.

Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.


BUNYI lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas. Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.

”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek? ”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya.

Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.

Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.Tentangan sosial membuat hari-hari kelulusan semakin berat. Sempat dia berpikir hendak melapor ke Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mengekspose ke media, namun ditahan orang-orang dekatnya. Rizki drop dan depresi. Dia menghabiskan masa-masa menjelang SMA dengan mengurung diri di kamar dan enggan keluar rumah.

Saat masuk SMA pada 2006 juga, Rizki merasakan kekosongan hati yang luar biasa. Meski diterima di SMA unggulan, mendapat beasiswa prestasi, dan mencetak nilai tertinggi, dia sudah tak bersemangat sekolah. Akhirnya Rizki hanya satu bulan di SMA dan memilih putus sekolah. Kepercayaannya terhadap sekolah formal luntur.

Namun, jangan dikira Rizki akan menyerah untuk mendapat pendidikan. Dia meyakinkan sang ibu, Arlina Sariani, 50, bahwa dirinya mencari pola belajar dengan caranya sendiri. ”Saya menamakan jalur pendidikan SMA saya adalah unschooling,” ceritanya saat ditemui Jawa Pos di Grand Indonesia akhir pekan lalu (26/7).

Bukan homeschooling yang harus membayar mahal biaya pendidikannya. Bukan juga bimbingan belajar yang masuk pendidikan nonformal. Unschooling merupakan jalur pendidikan tanpa lembaga, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Dia belajar sendiri di rumah. Sumber pendidikannya dia raih dari membaca dan mempelajari buku-buku bekas dari saudara-saudaranya.Sebetulnya unschooling yang dijalani Rizki merupakan program pemerintah untuk pendidikan informal berupa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Sistem itulah yang melahirkan ijazah paket. Sayang, ijazah paket sudah kadung bercitra negatif. Hanya karena lulusan ijazah paket, mayoritas anak-anak putus sekolah dan tak mampu secara akademik. Akses ke perguruan tinggi juga susah karena beberapa kampus tidak menerima pelamar dengan ijazah tersebut.

Selain research melalui internet, Rizki pergi ke dinas pendidikan untuk meyakinkan tetap bisa mengikuti ujian kesetaraan dengan pola pendidikan seperti itu. Bahkan, dia tertantang mengambil ujian paket C setara SMA dengan sistem akselerasi. Ternyata, diknas mengizinkan Rizki dengan beberapa syarat. Salah satunya, mengikuti placement test yang berisi ujian akademik dan tes IQ. Rupanya Rizki berhasil melampaui syarat ujian paket kesetaraan di bawah 17 tahun.

Untuk lolos tes paket, dalam sehari dia menghabiskan 22 jam untuk belajar. Dia melumat pelajaran yang normalnya diambil tiga tahun menjadi setahun saja. Pelajaran yang dirasa sulit dia cari jawabannya lewat internet. Dia juga rajin membaca surat kabar. ”Ujian paket seharusnya juga lebih sulit karena saya harus belajar enam mata pelajaran. Sebaliknya, ujian nasional hanya tiga mata pelajaran,” tuturnya yang saat ditemui mengenakan setelan jaket kuning dan celana jins warna cerah. Begitu hasil ujian paket keluar, Rizki mencetak nilai sangat tinggi dengan rata-rata 9 tiap pelajaran. Dia lulus SMA pada usia 16 tahun! ”Saat itu pun pengawas ujian sempat menyodori saya kunci jawaban agar saya lulus. Pasti saja saya tolak,” ujarnya, lantas tersenyum mengenang kisah ironi itu. Pendidikan pun dia dapatkan dengan sangat murah. Selama unschooling, dia hanya mengeluarkan biaya Rp 100 ribu. ”Untuk fotokopi ijazah,” candanya.Pada 2007 Rizki tembus SNM PTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI). Bahkan, dekan fakultasnya heran karena ada mahasiswa dengan ijazah paket. Toh, pada 2011, pada usia 20 tahun, dia justru menjadi lulusan terbaik dengan predikat cum laude.Pengalaman panjangnya dalam bersekolah itu memicu Rizki untuk membuat sekolah gratis. Tak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C. Yayasan pertama yang dia dirikan adalah masjidschooling. Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman di bilangan Bintaro.

Rizki pun menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, dia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.







Tuesday, 16 September 2014

Kunjungan Industri Pembuatan Tahu Putih di Wirobrajan





Kunjungan industri kali ini berada di daerah Wirobrajan, Yogyakarta dengan produk utama ialah tahu putih. Industri tahu ini dimiliki oleh Ibu Juminem dan suaminya. Mereka memulai usaha ini kurang lebih 30 tahun yang lalu. Bentuk dari industri yang dikelola Ibu Juminem ini adalah masih berupa home industri dan dalam prosesnya dibantu oleh anaknya.

Hasil samping produk tahu putih ini nantinya diolah menjadi tempe gembus dan pakan ternak. Seperti tahu pada umumnya, bahan baku yang digunakan adalah kedelai. Industri tahu ini menggunakan kedelai impor dan kedelai lokal, dimana dalam produksi selama 1 hari bisa menghabiskan 1 kuintal kedelai. Untuk air yang digunakan selama proses pembuatan menggunakan air sumur dimana digunakan untuk keperluan mencuci, memasak, dan merendam. Untuk mesin dan peralatan yang ada, industri ini menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu dan serbuk kayu, mesin penggiling dengan bahan baku solar (dalam 2 hari mampu menhabiskan 5 liter solar), media memasak, kain sebagai penyaring, batu sebagai alat bantu pengepresan, dan beberapa peralatan pencetak ukuran tahu. Tungku pemanasan menggunakan sisem uap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, uap dialirkan menggunakan pipa menuju dasar tungku/bejana perebusan.

Proses produksi tahu awalnya dimulai dengan menyortasi kedelai menggunakan air, dimana kedelai yang sudah jelek kualitasnya akan mengapung. Kedelai hasil sortasi tersebut kemudian direndam dengan air selama 4-5 jam. Setelahnya barulah kedelai dicuci bersih dan digiling hingga menjadi sari kedelai. Kedelai impor dan lokal dicampur dengan perbandingan 1:1, namun dapat pula keduanya tidak dicampur. Sari kedelai direbus dalam benjana perebusan hingga mendidih dan matang secara sempurna. Benjana perebusan pada industri ini terbuat dari semen. Setelah mendidih, maka kemudian disaring menggunakan kain penyaring lapis dua menuju tungku pencampuran. Penyaringan ini memiliki tujuan untuk memisahkan sari kedelai dengan limbahnya, dimana nantinya yang dihasilkan benar-benar saripati kedelai. Setelah disaring, ampasnya disisihkan.

Saripati kedelai yang telah masuk bejana pencampuran kemudian ditambahkan air fermentasi. Air fermentasi ini didapat dari air yang sisa pada proses pencampuran saripati kedelai dengan air fermentasi pada proses sebelumnya. Air fermentasi yang digunakan adalah air fermentasi berumur 1 hari, semakinn lama semakin cepat proses penggumpalannya. Dalam sekali proses digunakan 2 ember air fermentasi. Selanjutnya ditunggu hingga menggumpal dan air yang ada terpisah di atas untuk kemudian disedot dengan selang agar dapat dkeluarkan dan sebagian lagi disimpan untuk digunakan pada produksi selanjutnya. Saripati kedelai yang telah menggumpal kemudian dipindahkan pada kotak kayu yang dilapisi kain untuk dicetak yang sebelumnya ditunggu hingga padat. Proses ini memakan waktu kurang lebih 15 menit, tahu yang sudah padat kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm atau 15 cm. Setelah itu tahu direndam dalam ember berisi air agar tetap segar dan tidak lengket satu dengan lainnya.

Seperti industri lainnya, industri tahu ini juga menghasilkan limbah. Limbah padat yang dihasilkan yaitu ampas tahu diolah menjadi tempe gembus atau pakan ternak, sedangkan limbah cairnnya dibuang ke IPAL kolektif yang dikelola oleh pemerintah.


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan langsung ke industri tersebut, tentunya terdapat beberapa kendala yang dialami dalam menjalankan industri tahu Bu Juminten, hal tersebut antara lain adalah kurangnya tenaga kerja karena hanya ada 1 pekerja di sana, harga bahan baku yang naik turun tidak stabil, harga solar yang mahal, juga kurangnya ketersediaan kedelai lokal meskipun sebenarnya kedelai lokal menghasilkan tahu yang lebih enak.



 
 Proses penggilingan kedelai yang sebelumnya telah direndam


 
Instalasi pemasakan kedelai menggunakan benjana semen dengan sistem uap dan pengairan melalui pipa yang ada di atas bejana untuk memudahkan pemberian air saat pemasakan.

 
 Pemasakan kedelai yang telah digiling hingga matang



 
Alat penyaring yang digunakan terbuat dari anyaman bambu yang atasnya nanti dialasi kain tipis untuk menyaring sari kedelai



Setelah matang dilakukan proses penyaringan ampas dengan sari kedelai ke dalam media bejana yang lain



 
 Supaya sari kedelai tersaring maksimal, maka pengepresan dibantu dengan penindihan menggunakan batu


 
Setelah hanya tersisa sari kedelai maka dicampur dengan cuka/kecutan (dalam industri ini mereka menggunakan air kecutan atau air fermentasi produksi sebelumnya, selain murah juga agar mengurangi limbah cairnya).
Sari kedelai mengandung protein, sehingga saat dicampur dengan cairan asam (cuka) maka akan terjadi penggumpalan yang nantinya akan memadatkan sari kedelai sehingga menjendal dan keras yang pada akhirnya kita menyebutnya sebagai tahu.




 Setelah sari kedelai mulai menggumpal maka air kecutan dibuang (atau disimpan kembali sebagai kecutan untuk produksi selanjutnya). Dalam industri ini pengambilan air menggunakan selang besar yang akan menyedot air dari dalam bejana yang atasnya diletakkan tampah sebagai filter agar gumpalan tahu tidak terikut.



 Sari kedelai yang telah menggumpal dicetak dalam cetakan kayu berbentuk kubus.

 
Cetakan ditutup dengan papan kayu agar air didalamnya berkurang dan tahu cepat memadat.



 
 Tahu yang sudah jadi


 
 Ampas tahu dari hasil proses penyaringan dengan sari kedelainya




Ibu Juminten sang pemilik industri pembuatan tahu putih



 Tim praktikum mikrobiologi industri angkatan 2012 bimbingan saya












*) Proses dan alat yang ada pada industri tahu ini mungkin berbeda dengan industri tahu lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan industri dan keinginan pemiliknya masing-masing.









Sunday, 27 July 2014

Untung udel udah kepasang dari sononya.




Beberapa kali dalam seminggu ini kerap sekali mendengar celotehan sang Ibu kepada anak-anaknya yang pelupa. (Kalo gue cuma sekali-kali sih lupanya)

Anak  : Bu, karetku tadi mana ya habis sisiran tadi??
Ibu      : La nengdi.. sing sisiran sopo, sing deleh sopo?
Anak  : Haaa... aku kan lali bu.
Ibu      : Saben dino kok lali wae, opo opo lali...
Anak  : Hiiiiih.... *ndumel*
Ibu      : Kui udelmu neng ra wes ketempel neng weteng, lak wes lali ndelehe nengdi...


Oke istilah udel (baca: pusar) nempel di perut sepertinya menginfokan bahwa orang yang saking pelupanya mungkin jika pusar dari sononya nggak tertempel di perut kita (copot-pasang), mungkin dia akan sering lupa menaruh pusarnya dimana. bisa-bisa ilang. Nah lo.

Pelupa itu bisa sifat, bisa bawaan, bisa juga kebiasaan.




Friday, 11 July 2014

KKN-PPM UGM 2014 SLM25 (Wukirsari-Cangkringan)






KKN merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu.Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.



 (Aku, Mita, Anggi, Dwi, Ami)





Untuk semester yang semakin tua ini (Akhir Semester 6) mahasiswa diwajibkan untuk mengambil program KKN.

Karena untuk Semester 5 kemaren udah Jatek diluar Jogja, maka aku putuskan untuk KKN di Jogja. Meski untuk lokasi kabupaten sendiri tetap dipilihkan oleh pihak LPPM, tapi peluang di daerah Jogja tetap ada. Selain hemat uang, adaptasi mudah, tentu saja memungkinkan untuk lebaran di rumah. Sayangnya peraturan LPPM tidak memperbolehkan mahasiswa KKN untuk pulang berlebaran, dan menghimbau untuk lebaran bersama warga di lokasi KKN. Nah lo.


Unit SLM 25 Cangkringan terpilih menjadi lokasi KKN kami, dengan terbaginya 4 kelompok Sub Unit di dalamnya. Sub Unit 1 berada di Dusun Cangcangan, Sub Unit 2 berada di Dusun Salam, Sub Unit 4 ada di Dusun Ngepringan, dan kami kelompok Sub Unit 3 dengan sistem undian menempati Dusun Losari, Padukuhan Surodadi, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Padukuhan Surodadi sendiri sebenarnya memiliki 3 dusun yang menjadi satu, yaitu Losari, Tempelsari, dan Surodadi. Sedangkan pondokan KKN Sub Unit 3 ada di Dusun Losari yang tempatnya paling atas dari dua dusun lainnya, atau lebih tepatnya paling atas dari 3 lokasi KKN dari Sub Unit lainnya. Otomatis paling dingin dan berkabut haha. Apalagi 3 hari pertama tinggal di Losari cuaca sangat tidak mendukung, mungkin seluruh Jogja mengalami yang namanya hujan dari pagi sampe pagi lagi dan dinginnya tidak ketulungan. Apalagi kami yang ada di daerah paling atas yang kena dampak ‘kademen’ terus, cucian 3 hari gak kering-kering, mau keluar rumah gak kuat dingin, terus mandi dengan air yang bener-bener berasa esitu sesuatu banget. Tempat ternyaman yaitu di bawah selimut di dalem kamar.


Upacara pelepasan mahasiswa KKN UGM 2014 sendiri dilaksanakan tanggal 10 Juli. Rencana Unit SLM 25 untuk keberangkatan KKN ialah tanggal 10 Juli itu  juga setelah upacara pelepasan di GSP. Namun rencana berubah karena banyak di antara kami yang ingin berangkat tepat tanggal 11 Juli sesuai jadwal kegiatan KKN UGM di mulai dari pihak LPPM. Sehingga akhirnya kami tanggal 10 Juli sore ke lokasi KKN hanya untuk menaruh barang dan beres-beres pondokan dan malamnya tetap tidur di kos atau di rumah masing-masing dulu. Bahkan malamnya ketika turun kami sempat berbuka bersama Sub Unit 3 di Jakal. Hehe


Akhirnya keberangkatan KKN yang sebenarnya tanggal 11 Juli terlaksana, dengan agenda pertama acara penyambutan mahasiswa KKN UGM di Kecamatan Cangkringan pukul 09.00. Aku sendiri yang dari Prambanan hampir aja telat gara-gara belum hafal rute dari jalan Prambanan yang tembusan ke Cangkringan tanpa melewati Jakal. Alhasil belak-belok nyasar dan tanya sana-sini. Kalau dihitung untuk jalur pulang dari Cangkringan menuju Prambanan dengan tingkat kengawuran buta arah akut, aku berhasil menemukan 6 jalur alternatif menuju arah Prambanan. Pertama tembusan ke Jakal, Kedua tembusan lewat Candi Prambanan, Ketiga tembusan lewat samping Pasar Kalasan, Keempat tembusan ring road swalayan makro, Kelima tembusan Kalasan deketnya KR, dan Kelima tembusan Bapelkes Kalasan.

Yah begitulah KKN, begitu pula lah hal yang baru. Harus adaptasi.





Kegiatan awal KKN kita bertepatan dengan kegiatan awal MOS SD Cangcangan yang dekat dengan dusun Cangcangan dan Surodadi tentunya. Oleh sebab itu kita nimbrung buat ngisi kegiatan MOS di sana. Nggak ada hal sulit untuk masalah birokrasi dengan pihak sekolah karena mereka juga selow selow aja mengikutsertakan kami, apalagi membantu mengisi kegiatan MOS. Ya bagus dong hahaha.


Acara MOS ada 3 hari mulai tangal 13-15 Juli dan kami mengisi kegiatan di tanggal 13 dan 14 Juli dengan kegiatan “Pengenalan Satwa Liar” dan “Sosialisasi Cuci Tangan”. Pengenalan Satwa Liar di koordinir oleh anak KH dan Sosialisasi Cuci Tangan dikoordinir sama anak bidan. Dan gue adalah penggembira hehe.

Untuk yang pengenalan satwa liar sendiri, hewan yang diperkenalkan adalah ular. Yes, ular yang entuh tuh… Yang panjang licin-licin meliuk-liuk. Ularnya punya anak-anak KH, peliharaan semua untungya, python dan jenis choros gede-gede nggilani kae. Wah parah diinepin di pondokan segala, mana habis acara ikut tinggal di pondokan segala lagi. Hadeeh untungnya ada pawangnya dan dimasukin karung bro.






 Mbak Lian dari Sub Unit 1 sebagai Bunda Python





 Narsis bareng adek-adek SD Cangcangan




Antusias anak-anak SD Cangcangan untuk dua kegiatan tadi sangat besar, bahkan sangat ‘liar’. You know lah anak-anak SD di suatu desa itu butuh perhatian atau kegiatan-kegiatan di luar kakunya pelajaran, apalagi dengan orang-orang baru yang baik hati kayak kita. Hwaaa mereka bagai monyet-monyet kecil di Hutan Sangeh Bali yang kelaparan, sangat liar berlari-lari kesana kemari, teriak-teriak, dan mencakar-cakar tembok kelas.

Nah untuk program tema sendiri kami yang terbagi dalam 4 dusun lebih fokus pada pengembangan peternakannya, khususnya kambing. Namun ada dusun yang tidak memiliki banyak ternak setelah pasca erupsi Merapi, sehingga dapat fokus pada pengembangan Agroforestry-nya.


Jadi saat awal kedatangan kami di Dusun Surodadi, kami langsung bertemu dengan kelompok peternak di sana. Selain berkenalan kami juga langsung bersosialisasi sedikit mengenai pemberian dan pembuatan pakan ternak fermentasi dari bahan baku gedebog pisang. Respon warga cukup baik. Lumayan dua minggu di sana aku pribadi dapet ilmu-ilmu tambahan mengenai dunia hewan dan ternak tentunya. Contohnya kita perlu variatif memberikan pakan ternak contohnya pakan ternak fermentative, karena akan ternak fermentative ternyata baik untuk kambing karena tekstur pakan tersebut sebenarnya disesuaikan dengan makanan yang mengalami fermentasi di dalam perut di kambing sendiri. Sehingga istilahnya agar mudah dicerna oleh kambing. Selain itu juga aku dapat ilmu tentang penyakit-penyakit kambing seperti istilah gom, sejenis kembung, lalu tentang pengetahuan bahwa pemberian rumput pada ternak hedaknya kering, karena jika masih basah karena embun maka cacing-cacing ikut termakan oleh ternak atau data juga dengan cara dilayukan semalam atau bisa dengan metong rumput di pagi hari untuk makan di sore hari dan memotong rumput sore hari untuk makan di pagi harinya lagi. Selain info-info seputar ternak, aku juga tau cara pengambilan sampel kotoran ternak bahkan ikut membantu mengambilnya dan kemudian melihat cara pengamatan apakah dalam kotran tersebut mengandung cacing atau tidak. Tentu saja dilakukan di laboratorium puskeswan di Cangkringan. Intinya selain mendapat jam program bantu tentu saja dapat ilmu yang bermanfaat pula.


Di samping itu karena awal KKN kami bertepatan dengan bulan Ramadhan, tentu saja kami membantu kegiatan TPA di dusun Surodadi, Losari, dan Tempelsari yang mana ternyata sebelumnya di sana kegiatan TPA kurang berjalan dengan baik karena tidak terkelolanya remaja masjid untuk membantu mengajar TPA, padahal bimbingan keagaman usia dini sangatlah penting. Kami pun tentu dapat keuntungan mendapat takjil di masjid untuk menu berbuka, lumayan mengurangi repotnya masak sendiri di pondokan.

Untuk program di masyarakat sendiri selain TPA, kami juga membantu pengembangan perpustakaan di Surodadi dengan menyumbang buku dan perbaikan bangunan perpustakaan itu sendiri.


 
Pendataan ternak dan tanaman di Surodadi




 Kumpul bersama kelompok ternak kambing Losari-Tempelsari




 Program pendampingan TPA di Masjid setempat



 Ngajarin pake Microsoft Word dulu, seng pener yo dek!



 Kerja bakti perbaikan Perpustakaan Surodadi



 
Sebenarnya masih banyak program yang belum kami laksanakan di sana, apalagi aku yang programnya kok berasa kurang greget.
Bahkan aku yang rencananya mau menyumbang bibit pepaya untuk menambah variasi jenis tanaman pertanian saja harus rela menjaga 40 benih kehidupan mereka dalam satu polybag yang kondisinya mungkin sangat rawan. Yasudah deh, ngalir aja ya bro. 



Masih banyak hal-hal lain selain program yang bakal aku critain, tapi mungkin ini udah kepanjangen nulisnya, hehe.
Yakin deh bakal aku sambung di postingan selanjutnya.






Doakan semoga lancar KKN, dan bisa ngejar ujian JATEK ku ya guys.
See you (^_____^)v








Friday, 13 June 2014

Masak-masakan


Hari jumat lagi selo minggu tenang... enaknya masak-masak dulu.
Masalah penampilan emang nomer sekian...
Kalo rasa mah juga tetep belakangan haha.


Ritual Seni, ART|JOG 2014











Legacies of Power
ART|JOG 2014   mengangkat tema Legacies of Power.  Sebagai tema dalam konteks, Legacies of Power berfokus pada tahun 2014, tahun politik bagi Indonesia dimana kita akan menjelang peristiwa besar dan penting yaitu Pemilihan Umum, dengan pemilihan presiden baru sebagai puncaknya. Pergantian kekuasaan di tengah sengkarut dunia politik dalam dekade terakhir yang diwarnai maraknya kasus korupsi partai dan mengakibatkan turunnya kepercayaan rakyat dan rendahnya pertumbuhan ekonomi menjadikan tahun 2014  menarik untuk diamati.
Namun perlu pemahaman sejarah untuk dapat memandang masa depan. Legacies of Power mencoba menggali persoalan demokrasi dengan melihat kembali sejarah peralihan kekuasaan di Indonesia, baik melalui konfrontasi yang bersifat fisik, adu diplomasi maupun proses yang lebih demokratis seperti Pemilihan Umum, sebuah fenomena yang perlu kita gali lebih lanjut karena banyak hal bisa kita temukan di sini.


Lebih dari sekedar tertarik, seni itu punya tempat sendiri bagi saya, seorang mahasiswi semester 6 Teknologi Industri Pertanian dan tidak ada yang salah dari itu.
Yup, saatnya melakukan ritual seni dengan menunjungi pameran seni yang selalu ditunggu setiap tahunnya di Jogja. ARTJOG.
Sebuah Art Fair yang diselengarakan tiap tahun di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), makin tahun makin berkembang, makin kece, makin besar, dan tentunya sekarang dikenakan tarif tiket haha. Dulu masih gratis. Ini salah satu cara untuk mengapresiasi para seniman sih dan untuk melihat seberapa besar komitmen masyarakat terhadap ARTJOG untuk diadakan tiap tahunnya. Untuk tahun ini bertemakan Legacies of Power dengan harga tiket sebesar 10 ribu.

Ada ratusan karya dari para seniman tua maupun muda yang kece badai pokoknya.
Acara ARTJOG ini diadakan dari tanggal 7 Juni sampai 22 Juni 2014. Saking antusias aku dateng dua kali, pertama saat opening tanggal 7 Juni malem hari dimana masuk pameran masih gratis. Tapi sayang karena saking banyaknya orang tetep deh gak bisa masuk. Ya gimana lagi, akhirnya aku nonton konser musik di halaman TBY. Jadi critanya sambil reunian sama temen SMP yang sebelumnya jarang banget ketemu. Yang jelas acara opening ARTJOG 2014 emang keren badai, spotnya, penataan goni cabinet, dan tentunya yang tambah bikin menggelegar di TBY adalah ada mini konser dari "Yogyakarta Symphony Rockestra". Wah baru kali ini liat dari deket orkestra, dan yang ini rockestra men kebayang kan musik keras dengan lagu ngerock tapi harmonis. Cihuy sekali malem itu.


Goni Cabinet saat pembukaan ARTJOG 2014



 
 Penampilan Yogyakarta Symphony Rockestra



 
Bareng temen SPENYK kiri: Nadia, kanan: Inen 




Dan tanggal 11 Juni untuk kedua kalinya kesana lagi haha
Karya seninya bagus-bagus dan kreatif semua, sebagian besar bertema tentang Legacies of Power meskipun terkadang ada yang nggak nyambung (menurutku), mungkin juga tidak menurut pengamat seni :D
 




 


 


 



 Karya seni berupa box ajaib, yang mana seninya dapat dilihat ketika kita melihat kedalam lubang dari sebuah kotak kayu.









Keren gila ya, bordiran kece segede sprei.
 



 



 






 
 Jangan lupa foto dulu sama bapak proklamator yang tingginya 4,4 meter



 





 



 



 
 Jubah berkilau dari manik-manik/ronce








See you next time guys

Met ketemu di ART|JOG 2015

^___^