THRUSHED
adalah sebuah judul film documenter lingkungan yang bercerita tentang
eksplorasi krisis sampah global, biaya lingkungan, dan kemanusiaan yang timbul
akibat konsumsi berlebihan oleh manusia. Film documenter ini banyak menceritakan
berbagai masalah sampah dibeberapa Negara seperti Lebanon, Inggris, Amerika
Serikat, Indoneisa dan Negara lainnya. Sutradara film ini yaitu Candida Brady
menceritakan tentang perjalanan Jeremy Irons menelusuri sejauh mungkin efek
dari masalah sampah global, hal ini bermula ketika dia mengunjungi beberapa
tempat di dunia dan menemukan fakta bahwa sampah telah menjadi masalah yang
mengerikan hampir di seluruh belahan bumi. Film documenter ini memperlihatkan
bagaimana sampah mencemari laut dan udara, sampah yang tidak bisa terurai,
sampah yang mengandung racun, serta berbagai penyakit yang diakibatkan oleh
sampah, diantaranya penyakit kanker.
Jumlah
sampah yang mengotori lautan terus meningkat merusak ekosistem, membunuh hewan
laut yang terjebak atau mengonsumsi sampah ini. Saat sampah-sampah
tersebut terurai dan dikonsumsi oleh binatang laut, sampah ini akan masuk dalam
rantai makanan dan berakhir di meja makan, mengganggu kesehatan manusia. Masalah
sampah ini bagaikan gunung es di lautan. Di samudera Pasifik misalnya, sampah
plastik terbawa arus dan terkumpul di lautan dengan luas setara wilayah Eropa.
Industri daur ulang sampah tentunya dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja,
selain Negara bersih, masyarakat juga sejahtera, tapi masyarakat juga harus
sadar untuk menjaga kebesihan dengan membuang sampah pada tempatnya.
Dalam
Film TRASHED ini dituturkan tentang bagaimana sistem landfill dalam pengelolaan
sampah ternyata menyisakan banyak masalah, bahkan sebaik
dan seketat apapun pengawasan terhadap sistem landfill yang diterapkan di
Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa tetap saja memunculkan masalah pada
akhirnya. Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi
dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan
senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin. Senyawa
ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang rendah. Bahkan
menurut Sunardi (www.migas-indonesia) pembakaran dengan menggunakan incinerator
pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan
senyawa dioksin.
Masalah kesehatan terbesar adalah bahwa dioxin dapat menyebabkan kanker pada orang
dewasa. Pekerja
yang terpapar dioxin
dalam jumlah besar di tempat kerja mereka selama bertahun-tahun, memiliki
risiko yang jauh meningkat untuk mengalami kanker. Namun, masalahnya dengan
kanker yang disebabkan oleh dioxin,
perlu 20 tahun atau lebih sampai kanker itu muncul! Jika dioxin menembus plasenta
pada kehamilan, meski dalam jumlah kecil, ini dapat menyebabkan efek terhadap
reproduksi atau perkembangan, seperti keguguran, kemandulan, dan kelainan
bawaan saat lahir – deformitas tungkai, efek neurologis dan perubahan terhadap
sistem imun. Anak-anak daripada sejumlah wanita di Jepang dan Taiwan yang
mengonsumsi minyak goreng yang terkontaminasi dioxin, menunjukkan berbagai jenis kelainan
fisik saat lahir dan kemampuan intelegensia yang rendah saat dites. Anak-anak
ini teracuni dioxin
melalui minyak goreng yang terkontaminasi yang dikonsumsi oleh ibu mereka
sebelum lahir! Enam tahun sejak kejadian itu, anak-anak yang lahir masih juga
menunjukkan kelainan – mereka lebih kecil daripada normal (berat badan lahir
lebih rendah 200-250 gram daripada rata-rata), terjadi perubahan warna pada
kulit dan kuku, gigi dan gusi abnormal, dan banyak di antara mereka apatis dan
datar, dengan IQ rendah dan ingatan jangka pendek yang buruk. Mereka juga
menunjukkan tingkat infeksi yang tinggi.
Selain
gambaran yang mengerikan tersebut, diceritakan pula bahwa di beberapa tempat di
dunia sudah ada orang-orang yang menyadari dan mulai melakukan aksi nyata dalam
rangka perbaikan sistem pengolahan sampah, diantaranya ada orang-orang yang
sudah secara konsisten melakukan aksi zerowaste dalam kehidupan sehari-hari
mulai dari rumah mereka, sudah mulai banyak orang yang melakukan komposting dan
sudah mulai banyak pula orang yang membawa kantung belanja, tempat makan dan
wadah air minum sendiri ketika berbelanja.
No comments:
Post a Comment