Film ini menceritakan tentang sosok Denias. Denias adalah
anak yang tinggal disekitar daerah Papua. Dia hidup dengan sederhana sekali.
Rumahnya pun masih beratap daun kering. Anak-anak di sana sering mendapat
bantuan dari pemerintah, diantaranya bantuan pangan yang diantarkan melalui
helikopter. Denias adalah seorang anak yang mempunyai keinginan kuat
untuk sekolah. Ia rela sampai pergi dari rumah dan ke kota untuk mencapai
keinginannya itu. Ia juga anak yang baik dan suka menolong.
Dimulai
dengan Upacara Pemasangan Koteka di Desa Denias, Papua. Yang merupakan salah
satu upacara yang biasa digunakan/ dilaksanakan oleh masyarakat Papua sebagai
tanda dimulainya masa remaja dari anak-anak, bagi para anak
laki-laki. Termasuk yang dilakukan Denias, Velix, dan Noel. Setelah
pemasangan Koteka, maka resmilah terpisahkannya Honai (tempat tidur) antara
laki-laki dan wanita di desa Denias termasuk antara suami dan isteri.
Keinginan
Denias yang kuat untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, membuat dia
sangat semangat untuk sekolah, yang merupakan sekolah darurat yang berada di
desanya. Seperti saat suatu hari dia ingin berangkat sekolah dan dia mencoba
untuk membersihkan badannya (mandi), tetapi karena udara, suhu yang sangat
dingin, dan air sungai yang dingin membuatnya tidak jadi mandi dan ia hanya
cuci muka dan membersihkan ketiaknya. Setelah itu ia langsung berangkat
sekolah, tetapi sayang Denias terlambat masuk sekolah.
Tiba-tiba
muncul Helikopter yang akan mendarat dengan suaranya yang kencang dan angin
yang dibawanya. Denias dan teman-temannya langsung menuju Helikopter karena
mereka ingin ikut terbang, seperti biasanya. Helikopter itu membawa bantuan
makanan untuk warga desa Denias dan yang menyalurkan bantuan itu adalah Maleo.
Suatu
hari setelah Denias main ia melihat ibunya sakit dan lalu pingsan. Ia langsung
memanggil bapaknya dan bergegas menuju ke rumah Maleo untuk memeriksakan ibunya
dan meminta obat. Malamnya, ketika Denias dan Ibunya sedang tidur, Ibunya
membangunkan Denias agar membuka baju Denias karena basah. Denias pun membuka
bajunya dan ia meletakkan bajunya disamping perapian. Setelah itu Denias
beserta kedua temannya pergi berburu kus-kus. Saat Denias akan memanah kus-kus,
Denias melihat api berkobar diperkampungannya. Denias pun pulang dan ia
pun kaget karena kebakaran itu menimpa rumahnya dan ibunya yang menjadi korban.
Denias sangat bersalah atas kematian ibunya. Upacara berkabung yang dilakukan
oleh masyarakat Papua adalah potong jari dan mandi lumpur. Dalam upacara itu
orang yang dipotong jarinya adalah suami/istri orang yang meninggal. Bapak
Denias pun ikut dalam upacara tersebut.
Beberepa
hari kemudian gempa berkekuatan 5,8 SR menghantam sekolah darurat Desa Denias.
Denias dan kawan-kawan membangun sekolah kembali dipinggir sungai. Ternyata
guru yang mengajar (Maleo) tiba-tiba pergi untuk bertugas. Sebelum Maleo, Pak Samuel
lah yang mengajar Denias dan karena istri Pak Samuel sakit di Jawa, ia pulang
ke Jawa.
Setelah
Maleo pergi, Denias berniat untuk pergi ke kota dan mencari Maleo disana. Dalam
perjalanan ke kota, Denias pingsan dirumah jaga kakak Denias, di desa Banti 4
hari perjalanan dari desa Denias. Dengan perjuangan dan keinginan yang kuat.
Akhirnya Denias pun sampai ke Kota dengan meniru cara Enos(teman Denias). Yaitu
dengan menaiki mobil bak secara diam-diam atau biasa disebut penumpang gelap.
Setelah sampai di kota, Denias langsung mencari-cari Maleo dengan bertanya
kepada tentara-tentara yang dia temui. Tapi sayang mereka tidak mengetahui
dimana Maleo dan siapa Maleo karena Maleo adalah nama kesatuan.
Beberapa
saat kemudian Denias sampai di kota dan ia langsung bertanya tentang keberadaan
Maleo lepada tentara-tentara yang ditemuinya. Namun sayang mereka tak tahu
dimana Maleo. Karena Maleo adalah nama kesatuan.
Beberapa
saat kemudian Denias melihat sebuah sekolah. Dalam hatinya, Denias ingin sekali
sekolah disitu. Pada saat itu, ada seorang guru yang biasa dipanggil Bu Sam dan
ia bertanya pada Denias apakah ia mau sekolah disini? Denias senang sekali dan
ia pun mengiyakannya. Tapi sayang, poersyaratan masuk sekolah itu harus
mempunyai rapot dan Denias tak mempunyainya. Sedangkan Enos punya, tapi ia
tidak yakin dengan rapot ia bisa sekolah. Tapi dengan saran Denias, Enos pun
pulang ke desa untuk mengambil rapot. Saat Denias masih dalam percobaan
adaptasi sekolah, ia bertemu dengan Noel. Noel sangat jahil dan nakal pada
Denias. Noel selalu membenci Denias, terutama saat Denias dekat dengan Angel.
Noel tidak suka karena ia sendiri suka dengan Angel. Angel selalu membela
Denias dan menolongnya terutama saat Denias dijahili oleh Enos dan
kawan-kawannya. Jika Denias dijahili oleh Noel, ia selalu diam dan tidak
membalas. Namun
semenjak
perpisahan Denias dengan Maleo, Denias belum pernah bertemu.
No comments:
Post a Comment